Back Up - 2

 Back Up

[ Na Jaemin - NCT Dream ]




Ban Jae Hwa. Nama gadis berambut hitam itu.
Dia dikenal sebagai orang yang pendiam di sekolahnya, bahkan dia sendiri mengakui kalau dia tidak punya teman.

"Mereka yang memutuskan, lagipula aku tidak peduli," jawabnya saat seseorang bertanya kenapa dia tidak memiliki teman. Dan satu-satunya orang yang menanyakan itu aadalah Na Jaemin, laki-laki itu. Laki-laki yang entah bagaimana caranya bisa menjadi salah satu bagian penting dalam hidup Jae Hwa.

Hubungan yang dimulai dari tindakan gila. Hubungan yang mulanya tidak dia inginkan tetapi laki-laki itu sudah membawanya terlalu dalam. Hubungan yang dia akhiri sendiri dengan alasan bodoh. Hubungan yang akhirnya diputus oleh tuhan. Dan hubungan yang ingin dia perbaiki lagi. 

Dia butuh keajaiban untuk itu. Tapi bisakah dia mendapat keajaiban itu? Entahlah. Sepertinya bertemu dengan laki-laki itu saja sudah menjadi keajaiban dalam hidupnya,apakah dia masih bisa mendapat keajaiban untuk kedua kalinya? Tidak ada yang tau. 



-3 bulan yang lalu

    Seperti biasanya Jae Hwa menghabiskan waktu istirahatnya di tepi lapangan basket. Melihat siswa laki-laki yang terlihat asik bermain sambil menghabiskan makan siangnya, sendirian.

    Bukan masalah bagi gadis itu jika dia sendirian, karena memang sudah begitu seharusnya. Dia tidak tau apa penyebabnya, tapi sejak dulu memang tidak ada yang mau berteman dengannya. Ah, sebenarnya dia tau alasan mereka tidak mau mendekatinya tapi seharusnya mereka tidak melakukan itu hanya dengan alasan ayahnya seorang koruptor negara.

    Jae Hwa ingin punya teman, menikmati masa mudanya bersama orang-orang yang seumuran terlihat menyenangkan. Tapi dia tau, dia tidak mungkin mendapatkannya. Jadi sepertinya, dia tidak perlu memiliki teman. Bukan, tapi dia memang tidak butuh teman bukan? Dia bisa saja menjalani hidupnya seperti sekarang, lagipula hidup seperti ini juga tidak seburuk itu menurutnya.

    Setelah selesai dengan makan siangnya, gadis itu merapikan kotak bekalnya kemudian beranjak untuk masuk ke kelas sebelum bel berbunyi.

    Beberapa saat setelah gadis itu meninggalkan bangkunya seorang siswa datang dengan kameranya yang tergantung di leher. Laki-laki itu berjalan mendekat ke bangku kayu yang tadi di duduki Jae Hwa setelah melihat sesuatu yang berkilau. 

    "Cincin?" Gumamnya pelan, mengambil benda itu dari sana kemudian mulai memperhatikannya.

    "Ban Jae Hwa," Ucap laki-laki itu pelan, mengeja nama seseorang yang terukir  dengan ejaan hangeul yang rapi di bagian dalam cincin itu. Matanya membulat,

    "Dimana mereka memesan cincin seperti ini? Aku harus punya satu," gumamnya kagum, memutar-mutar cincin itu di depan wajahnya sambil terus mengamatinya. Beberapa saat setelahnya dia terdiam, memasukkan cincin itu ke saku bajunya.

    "Mungkin aku harus mencari pemiliknya, tapi... Ban? Ada yang punya marga itu di sekolah ini?" Setelah itu laki-laki tadi mengedikkan bahunya dan pergi dari tempat itu, Dia masih bisa mencari pemilik cincin ini nanti.

---

"Katanya Na Jaemin akan ikut lomba itu loh,"

"Lomba? Yang benar saja? Dia hebat sekali,"

"Oh- Omong-omong, apa sekarang dia sudah punya pacar ya?"

"Entah, tapi katanya dia tidak pernah dekat dengan perempuan,"

"Ah, kuharap dia bisa menjadi kekasihku, senyuman Jaemin benar-benar memaabukkan,"

"Hooo- apa kalian tau?! Kemarin aku berpapasan dengan Jaemin di gerbang sekolah dan dia tersenyum kepadaku,"

"Benarkah?! Kamu curang sekaliiii~"


    Lagi-lagi Na Jaemin. Obrolan hampir semua siswi di sekolah ini selalu saja tentang Na Jaemin. Siswa dari klub fotografi bersenyum manis yang berasal dari kelas unggulan. Entah tentang senyumnya atau mungkin mereka akan bercerita kalau tadi Na Jaemin mengobrol dengannya atau hanya sekedar menyebarkan rumor tidak berguna.

    Jae Hwa menutup matanya, meletakkan kepalanya diatas meja. 

    "Aku harap semua cepat berakhir," Gumamnya asal kemudian kembali mengangkat kepalanya dan mengeluarkan buku untuk pelajaran selanjutnya.

    Rambut hitamnya terurai menyentuh bahu, kulitnya bersih dan halus walaupun tidak putih.Seandainya dia sedikit lebih murah senyum pasti akan ada banyak orang yang mengantri menjadi pacarnya. Dan dia adalah Ban Jae Hwa, Putri bungsu dari keluarga Ban.

    Bel pulang sekolah sudah berbunyi nyaring 10 menit yang lalu. Dan saat ini Jae Hwa sedang dalam perjalanannya menuju salah satu kafe yang sudah menjadi langganannya. Membeli secangkir kopi latte kemudian pulang ke rumah.

    Dan dari sinilah semua itu bermula.

    Jae Hwa masih terus berjalan sambil menyenandungkan lagu kesukaannya, 

"I believe in you..."

"You know the door to my very soul..."

"You're the light in my deepest, darkest hour..."

"You're my savior when I fall...."

    Saat dia menyelesaikan bagian itu matanya menangkap sesuatu di ujung jalan. Kepalanya menoleh,dan dia langsung berlari sebelum sempat berpikir. Yang saat ini memenuhi kepalanya hanya bagaimana dia bisa menyelamatkan anak itu dengan cepat sebelum mobil dari arah yang berlawanan itu menabraknya.

    Kejadian itu hanya terjadi tidak lebih dari 3 detik, dan setelah dia berhasil mendorong anak itu dia merasa tubuhnya tertarik ke belakang, kemudian dia terjatuh. Suara rem yang diinjak dengan keras terdengar setelahnya. Keadaan menjadi ramai seketika.

    Beberapa orang menghampiri anak kecil yang tadi ditolong oleh Jae Hwa, dan beberapa ada yang mendatangi Jae Hwa. Serta beberapa yang lainnya mendatangi sopir mobil yang mungkin saat ini juga sedang syok.

    Tapi sebelum orang-orang itu sampai di hadapan Jae Hwa gadis itu merasa seseorang memegang pipinya dari belakang,

    "Apa kamu baik-baik saja?" Tanya suara  itu lembut, perlahan Jae Hwa membuka matanya.

    Sebenarnya walaupun dia baru saja terjatuh dia tidak benar-benar merasa seperti jatuh karena dia tidak merasakan sesuatu sesakit itu. Dan setelah matanya terbuka dia baru menyadari kalau dia berada di atas tubuh seseorang.



Aku memang baik kepada siapa saja, tapi untuk kamu itu adalah cinta

- Na Jaemin - 




Muffin - 19.06.2021


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Back Up - 1

Magic Dust - 1